Pentingnya UKK untuk Pelajar SMK

Sobat Ristan yang saat ini bersekolah di Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) pasti tidak asing dengan UKK alias Uji Kompetensi Keahlian. SMK lebih mengedepankan keterampilan dan skill siap pakai untuk bekerja. Karena itulah siswa SMK perlu mengikuti UKK sebagai salah satu ujian akhir.

Pelaksanaan UKK diatur dalam Permendikbud No. 34 tahun 2018. Dalam aturan tersebut membahas standar nasional pendidikan untuk jenjang SMK atau MK.

UKK merupakan penilaian yang dilakukan secara khusus untuk mengukur pencapaian kompetensi peserta didik. Penilaian ini ditujukan untuk siswa yang berada di jenjang 2 atau jenjang 3 KKNI atau yangs etara dengan ini.

Dalam sistem penilaian ujian kompetensi ini, penilaian yang diukur adalah kompetensi atau skill yang sesuai dengan bidang atau kejuruan yang dipilih siswa. Sehingga, hasil ujian kompetensi ini dapat dijadikan acuan untuk melihat kualitas keahlian siswa dalam bidang yang diuji.

Pelaksanaan UKK ini diadakan setelah siswa duduk di bangku kelas XII atau jenjang akhir masa sekolah. Karena diadakan di akhir masa sekolah, setiap siswa harus mengikuti 3 kelompok mata pelajaran dulu sebelum mengikuti ujian kompetensi, yaitu mata pelajaran adaptif, normatif, dan produktif.

Mata pelajaran adaptif bertujuan untuk membentuk peserta didik dengan dasar pengetahuan yang luas dan kuat. Sehingga, peserta didik mampu mengembangkan diri sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.

Mata pelajaran normatif bertujuan untuk menghasilkan peserta didik yang memiliki norma kehidupan yang baik. Baik norma individu maupun norma sosial. Sedangkan mata pelajaran produktif bertujuan untuk menghasilkan peserta didik dengan keahlian yang sesuai dengan program kejuruan yang dipilihnya.

Adapun bentuk soal dari ujian ini dapat disesuaikan dengan kebijakan yang berlaku. Bentuk ujian kompetensi ini tidak selalu lembar soal pilihan ganda atau essay saja sebagai mana ujian pada umumnya.

Sekolah juga dapat menetapkan ujian dalam bentuk penugasan atau bentuk lain yang terasa lebih sesuai dan aplikatif. Sebagai contoh, peserta didik dapat diminta untuk membuat suatu produk yang sesuai dengan standar kompetensi yang diharapkan.

Penilaian hasil UKK dapat berbentuk penilaian secara individu atau pun penilaian secara kelompok. Siswa yang memenuhi indikator ketercapaian standar kompetensi lulusan akan dinyatakan lolos uji kompetensi.

Selanjutnya, siswa yang lolos akan mendapatkan sertifikat kompetensi. Sertifikat kompetensi adalah pengakuan pencapaian kompetensi siswa secara individu. Melalui sertifikat ini, siswa dinyatakan telah memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja sesuai dengan standar kompetensi kerja yang telah disyaratkan.

Selanjutnya, sertifikat tersebut dapat digunakan untuk melamar kerja sesuai dengan cakupan kompetensi kejuruan yang bersangkutan. (nai)

(sumber: www.pijarsekolah.id )