Apakah sobat ristan pernah merasa sibuk banget sampai kewalahan mengatur jadwal? Atau pernah nggak, sobat ristan seharian didepan layar laptop, mengerjakan tugas, atau seharian mengerjakan sesuatu yang menurutmu “produktif” sampai-sampai mengesampingkan kebutuhan seperti makan, minum, tidur, atau ke kamar mandi?
Kamu yakin, melakukan hal seperti itu adalah produktif yang tepat? Hati-hati, terlalu sibuk sampai mengesampingkan hal-hal pokok seperti makan, minum, tidur, sampai urusan kamar mandi bisa mengindikasikan kamu sedang menyikiti diri sendiri lewat cara toxic productivity.
Toxic productivity adalah sebuah obsesi untuk mengembangkan diri dan selalu merasa bersalah jika tidak melakukan banyak hal, terlebih ketika melihat orang di sekitar kita sedang melakukan suatu pekerjaan.
Toxic productivity lahir dari budaya kita yang menilai tinggi suatu procuktivitas. Ada pandangan-pandangan yang melihat produktivitas sebagai suatu hal yang keren, jadi nggak sering kita melihat kagum ke orang-orang dengan tingkat aktivitas yang padat dalam keseharian mereka. Kita juga sering, kan, memuji orang yang begadang demi mengerjakan tugas-tugas mereka? Tentu dengan ada budaya itu kita akan memiliki keinginan untuk menjadi salah satu seperti mereka.
Hal itu tidak sepenuhnya salah, sob. Produktivitas akan menjadi sesuatu yang baik apabila kita sadar batasan. Kalau tidak sadar batasan, maka produktivitas itu malah bisa membahayakan diri kita sendiri. Coba lihat, apakah ciri-ciri dari toxic productivity dibawah ini ada dalam diri kamu?
24 jam hanya diisi dengan bekerja, bekerja, bekerja. Atau belajar, belajar, belajar. Kegiatan yang terus menerus dilakukan itu bisa mengganggu kesehatan dan mengganggu hubungan sosial kamu dengan orang lain. Ketika sudah ada keluhan dari orang lain dan mengatakan bahwa kita terlalu sibuk bisa menjadi indikasi bahwa kita sudah masuk dalam lingkaran setan toxic productivity.
Orang dengan toxic productivity biasnaya tidak akan pernah merasa puas. Meski secara objektif pekerjaan mereka sudah dilakukan lebih dari cukup, akan ada beberapa hal yang tetap dilakukan meski sebenarnya itu tidak perlu.
Ada perasaan bersalah jika tidak melakukan apapun. Dalam dirinya, ada pemikiran bahwa hanya rebahan dan tidak melakukan apapun itu adalah dosa. Setiap detik di hidupnya harus diisi dengan melakukan kegiatan. Kegiatan apapun, asal bukan rebahan. Padahal, beristirahat itu juga perlu karena kamu bukan robot. Robot saja bakal rusak kalau bekerja terus menerus!
Jika ciri-ciri diatas ada pada dirimu, tenang saja! Baleristan punya beberapa tips untuk menghindari toxic productivity. Check this out!
Toxic producitivity dapat muncul karena kita terlalu banyak menuntut diri kita sendiri. Maka untuk menghindarinya adalah dengan fokus pada satu hal saja dulu. Ingat bahwa yang terpentinga dalah bukan seberapa banyak kegiatan yang kita lakukan tapi kualitas dari kegiatan tersebut dan dampak positifnya bagi diri sendiri dan juga orang sekitar.
Buat aturan untuk diri sendiri agar lebih tertata, misalnya belajar cukup 1-2 jam sehari, tidak main ponsel di meja makan, istirahat siang yang cukup, dsb. Pokoknya jangan sampai kamu terlalu menekan diri kamu sendiri.
Mindfulness membuat kita terhubung dengan kegiatan yang saat ini terjadi dan meningkatan ketenangan serta fokus diri kita terhadap suatu hal.
Perlu diingat bahwa hidup itu bukan sebuah kompetisi, jadi untuk apa kita berlomba? Semua sudah punya jalannya masing-masing. Fokus saja pada diri sendiri, sayangi diri sendiri dengan cara menjaga kesehatan, istirahat yang cukup, dan rehat sejenak dari kesibukan duniawi. Dunia cuma persinggahan, kok. (nai)
Kendaraan listrik merupakan transportasi masa depan yang harus menjadi pilihan agar udara kota tetap bersih dan ramah lingkungan. Hal ini membuat banyak perusahaan otomotif berlomba untuk membuat kendaraan listrik. Selain memicu brand otomotif untuk menghadirkan motor listrik baru, para siswa SMK pun berlomba-lomba untuk membuat…
Organisasi Siswa Intra Sekolah (OSIS) adalah sebuah organisasi resmi satu-satunya di sekolah yang diakui oleh Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi Republik Indonesia sejak 21 Maret 1970. Organisasi ini memiliki peran sebagai penggerak siswa untuk aktif berkontribusi di sekolah. Selain itu, juga untuk membina dan…
Literasi memang tidak bisa dilepaskan dari bahasa. Seseorang dikatakan memiliki kemampuan literasi apabila ia telah memperoleh kemampuan dasar berbahasa, yaitu membaca dan menulis. Jadi, makna dasar literasi sebagai kemampuan baca tulis merupakan pintu utama bagi pengembangan makna literasi secara lebih luas. Budaya literasi tentunya sangat…
Pendidikan dipandang sebagai hal yang paling pokok dalam hidup ini yang sekaligus keberhasilannya menjadi kunci dasar dalam membuka pintu kebijakan manusia. Salah satunya adalah pendidikan Vokasi atau Sekolah Menengah Kejuruan (SMK). Kemajuan pendidikan Vokasi diharapkan dapat memberikan input yang bagus untuk kemajuan Indonesia. Seperti dibentuknya…