Pendamping Ekstrakurikuler KIR, Nur; “Semua Anak Punya Kesempatan yang Sama”

Nur Hayati adalah guru pengajar di SMP N 1 Winong sekaligus menjadi pendamping Ekstrakurikuler KIR (Karya Ilmiah Remaja). Menurut Nur, semua anak punya kesempatan yang sama.

Melansir YouTube Teeha Podcast (22/03/23), Nur mengungkapkan telah menjadi pendamping ekstrakurikuler KIR sejak 2006. Awalnya anggota ekstrakurikuler tersebut hanya tiga anak saja. “Mindset saya dulu, yang bisa dimbing adalah anak yang pintar. Jadi anak-anak yang pintar ini ikut semua bimbingan, seperti bimbingan KIR, matematika, IPA.”

Nur mengaku mindset seperti itu masih ia gunakan sampai 2013. Barulah pada 2015 iya sadar bahwa semua siswa SMP N 1 Winong punya kesempatan yang sama. “Kalau kita hanya memberi kesempatan buat yang pintar saja, lalu bagaimana dengan siswa yang lain? Mereka tidak akan punya kesempatan, sedangkan waktu mereka di SMP hanya tiga tahun.”

Nur lalu mencoba untuk melihat potensi semua anak-anak SMP N 1 Winong dan bagaimana caranya mengembangkan potensi itu, membuat anak-anak merasa berharga, berarti, hingga merasa kehadiran mereka diakui.

“Untuk masuk ekstrakurikuler KIR, tidak lagi melihat dari pintar atau tidaknya, tapi dilihat dari minat. Kalau sudah minat, mereka akan merasa senang dan otomatis ingin di ekstrakurikuler KIR terus,” ungkap Nur.

Sejak 2015 peminat ekstrakurikuler KIR pun meningkat. Nur mengungkapkan anggota terbanyak tercatat di tahun 2018 dengan total 27 anggota. Dibentuklah 9 kelompok bimbingan dengan satu kelompok terdiri dari tiga anak.

“Untuk grup bimbingan, kita usahakan rata dan adil. Untuk menghindari adanya kelompok yang lebih menonjol dari yang lain. Ini juga untuk menghapus gap antara satu kelompok dengan kelompok lain.” (nai)